Popular Post

“Ya Bagus” adalah kalimat ikonik dari Pak Tino Sidin dalam memberi motivasi pada anak-anak yang gambarnya ditampilkan dalam acaranya di tv nasional.

Pada suatu jaman, ada acara anak di televisi nasional yang dipandu Pak Tino Sidin. Pada acara anak itu, Pak Tino Sidin akan mengajarkan cara menggambar yang mudah buat anak-anak. Selain itu, ada sesi Pak Tino Sidin menunjukkan gambar kiriman anak-anak dari seluruh Indonesia. Setiap kali menunjukkan sebuah gambar, setiap kali Pak Tino Sidin memperhatikan gambar itu dan mengatakan “Ya bagus”. Apa arti komentar pendek “Ya Bagus” bagi anak-anak? Apakah ada pengaruhnya ke usaha anak?
Daniel Pink, seorang ahli karir, dalam bukunya Drive, menceritakan ada dua motivasi yang menggerakan manusia: eksternal dan internal. Motivasi eksternal yang dibagi menjadi dua: hadiah (reward) dan hukuman (punishment) , seringkali dipercaya orang sebagai motivator utama. Tapi Daniel Pink menunjukkan banyak sekali riset yang menunjukkan bahwa hadiah seringkali justru menghancurkan kinerja. Semakin besar hadiah yang ditawarkan pada seseorang justru semakin menghancurkan kinerja orang itu.
Mengapa? Dalam videonya, Daniel Pink menjelaskan banyak sekali riset yang menyimpulkan bahwa hadiah membuat perhatian orang tertuju hanya pada hadiah yang akan didapatkan dan tidak menikmati prosesnya. Dalam konteks pengasuhan dan pendidikan anak, hadiah tersebut bisa berupa nilai, kelulusan, gelar juara, piala dan hadiah lainnya.
Bila mengacu pada penjelasan diatas, hadiah justru menghancurkan motivasi anak dalam mengembangkan bakatnya, menekuni kegemarannya. Apa yang bisa membangun motivasi anak dalam mengembangkan bakatnya? Motivasi internal!
Seorang profesor psikologi, Dan Ariely, melalui serangkaian eksperimen menjelaskan dua poin yang menarik buat dipelajari orang tua dalam memotivasi anak mengembangkan bakatnya
1. Mengabaikan usaha seseorang sama buruknya dengan menghancurkan karya seorang dalam meruntuhkan motivasi orang tersebut.
2. Hanya dengan melihat hasil kerja seseorang dan berkata “Aha”, secara dramatis meningkatkan motivasi orang tersebut.
Ternyata, apa yang dilakukan oleh Pak Tino Sidin terbukti oleh berbagai riset, mempunyai dampak luar biasa dalam membangun motivasi anak. “Ya Bagus” ala Pak Tino Sidin setara dengan “Aha” yang digunakan oleh Dan Ariely dalam eksperimennya. Meski itu HANYA MENYIMAK GAMBAR ANAK dan mengatakan “YA BAGUS”, dampaknya dramatis dalam memotivasi anak.
Apakah susah untuk menumbuhkan motivasi internal anak dalam berusaha mengembangkan bakatnya? Tidak! Setiap orang tua dan guru bisa mengatakan “Ya Bagus” tanpa biaya, tanpa banyak usaha, hanya cukup niat baik untuk menghargai usaha anak.
Lebih kerennya, “Ya Bagus” ala Pak Tino Sidin bukan membangun motivasi eksternal, tapi motivasi internal.
Daniel Pink maupun Dan Ariely menunjukkan bahwa motivasi internal lebih kuat dalam menggerakan orang dan lebih dibutuhkan untuk menghadapi tantangan jaman sekarang. Apa yang dilakukan Pak Tino Sidin mendahului jamannya, beliau sudah melakukan apa yang dibutuhkan anak-anak dalam menghadapi tantangan jaman sekarang.
Sayangnya, orang tua, sekolah dan banyak pihak yang terlibat dalam dunia anak saat ini lebih menghargai hasil akhir daripada usaha anak. Banyak orang tua yang menghargai anaknya hanya jika anaknya menjadi juara atau dapat nilai bagus. Kebanyakan sekolah menghargai anak hanya jika anak itu mencapai standar yang ditetapkan atau mendapatkan piala yang bikin bangga sekolah. Bahkan, kebanyakan kegiatan anak-anak sifatnya lomba, mendorong anak untuk berkompetisi dan menjadi juara. Hanya anak yang menjadi juara yang mendapat apresiasi, sementara sekeras apapun usahanya, anak yang kalah pulang dengan kepala tertunduk.
Orientasi hasil membuat kita mendorong anak-anak menjadi juara, tanpa menikmati proses pengembangan bakatnya. Dampak negatif lain dari orientasi hasil adalah anak belajar bersiasat dan mencari jalan pintas. Paradigma jalan pintas tersebut yang saat ini telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa kita. Kita cenderung menghargai kekayaan dan melupakan kerja keras. Kita lebih menghargai hasil akhir dan mengabaikan ketekunan. Terabas sana, terabas sini, yang penting tujuan tercapai.
Mengapa untuk mengapresiasi anak, kita membuat prasyarat yang begitu sulit? Apakah kita tidak sadar apresiasi pada usaha anak akan melejitkan motivasinya untuk berusaha lebih keras dan lebih baik lagi? Atau persediaan apresiasi kita terbatas sehingga harus kita hemat agar cukup sampai anak dewasa?
Paparan Daniel Pink dan Dan Ariely memberi pelajaran pada kita untuk kembali lagi ke jalan “Ya Bagus” ala Pak Tino Sidin. Mari kita mengapresiasi hasil karya anak. Mari kita menghapuskan banyak syarat dalam mengapresiasi usaha anak-anak. Dengan apresiasi yang tulus “Ya Bagus” ala Pak Tino Sidin, kita sebenarnya sedang membangun motivasi internal anak, motivasi yang membuat anak mandiri, mengerjakan karena sesuatu dari dalam dirinya.
Bahkan, tantangan jaman sekarang, tantangan jaman kreatif menuntut kita melampui “Ya Bagus” ala Pak Tino Sidin. Kita harus memikirkan ulang sistem pendidikan yang lebih berpusat dan mengapresiasi anak. Kita harus merancang ulang kegiatan anak-anak yang lebih menghargai usaha anak.
Anak-anak adalah wajah masa depan Indonesia. Mari menyiapkan anak Indonesia yang percaya diri, menghargai proses, keunikan dan kreativitasnya.
sumber:
http://blog.temantakita.com/motivasi/

- Copyright © KB/TK M. Sang Timur Salatiga - - Powered by Blogger - Designed by Johanes -