Popular Post

Ziarah ke Gua Maria Kerep Ambarawa Tahun 2015


Tepat diminggu ke ke 3 di bulan Oktober 2015 ini, anak-anak Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Marsudirini Sang Timur Salatiga mengadakan ziarah ke Taman Gua Maria Kerep Ambarawa.

Kegiatan diawali dengan foto-foto untuk dokumentasi dilanjutkan Doa Rosario sederhana yang dipandu oleh Suster Faustina OSF dan untuk doa salam maria diwakili oleh anak-anak masing-masing kelas KB, TK A1, TK A2, TK B1 dan TK B2. Acara dilanjutkan dengan jalan-jalan di Taman Gua Maria Kerep Ambarawa yang sungguh indah.


Pada sesi ini anak-anak diperkenalkan beberapa isi Kitab Suci melalui visualisasi bentuk yang ada di Taman Doa seperti peristiwa pembabtisan, pesta di Kana, Yesus dan murid-muridnya mengajar diatas perahu dan lains ebagainya.

Penutup, anak-anak istrirahat dan menikmati makan siang.
Tag : ,

Outing Class: Outbound di Kafe Banaran Tahun 2015


Outing class KB TK Marsudirini Sang Timur Salatiga untuk kali ini melakukan Outbound di Banaran Cofee. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri pada anak didik.

Kegiatan diawali dengan berdoa di aula TK KB Sang Timur Salatiga, dilanjutkan dengan pemberangkatan anak-anak ke lokasi. Tiba dilokasi istirahat sejenak, dilanjutkan dengan kegiatan outbound. Didampingi oleh panitia dari para guru dan komite sekolah, disertai pemandu dari lokasi outbound, kegiatan berjalan dengan sukses dan lancar.

Outbound diawali dengan berjalan diatas jaring, merangkak, berjalan diatas ban yang digantung, melompat diatas balok beton, memanjat tebing kecil dari kayu, berjalan diatas jembatan, naik sepeda tali, naik kereta wisata, istirahat dan mandi ceria di kolam renang anak.

Momen penutup sudah ditunggu anak-anak, yaitu mandi bersama dikolam renang...
byurrr....

Foto selengkapnya silahkan klik DISINI
Tag : ,

Psikologi "Ya Bagus" dan Pengaruhnya Pada Anak

“Ya Bagus” adalah kalimat ikonik dari Pak Tino Sidin dalam memberi motivasi pada anak-anak yang gambarnya ditampilkan dalam acaranya di tv nasional.

Pada suatu jaman, ada acara anak di televisi nasional yang dipandu Pak Tino Sidin. Pada acara anak itu, Pak Tino Sidin akan mengajarkan cara menggambar yang mudah buat anak-anak. Selain itu, ada sesi Pak Tino Sidin menunjukkan gambar kiriman anak-anak dari seluruh Indonesia. Setiap kali menunjukkan sebuah gambar, setiap kali Pak Tino Sidin memperhatikan gambar itu dan mengatakan “Ya bagus”. Apa arti komentar pendek “Ya Bagus” bagi anak-anak? Apakah ada pengaruhnya ke usaha anak?
Daniel Pink, seorang ahli karir, dalam bukunya Drive, menceritakan ada dua motivasi yang menggerakan manusia: eksternal dan internal. Motivasi eksternal yang dibagi menjadi dua: hadiah (reward) dan hukuman (punishment) , seringkali dipercaya orang sebagai motivator utama. Tapi Daniel Pink menunjukkan banyak sekali riset yang menunjukkan bahwa hadiah seringkali justru menghancurkan kinerja. Semakin besar hadiah yang ditawarkan pada seseorang justru semakin menghancurkan kinerja orang itu.
Mengapa? Dalam videonya, Daniel Pink menjelaskan banyak sekali riset yang menyimpulkan bahwa hadiah membuat perhatian orang tertuju hanya pada hadiah yang akan didapatkan dan tidak menikmati prosesnya. Dalam konteks pengasuhan dan pendidikan anak, hadiah tersebut bisa berupa nilai, kelulusan, gelar juara, piala dan hadiah lainnya.
Bila mengacu pada penjelasan diatas, hadiah justru menghancurkan motivasi anak dalam mengembangkan bakatnya, menekuni kegemarannya. Apa yang bisa membangun motivasi anak dalam mengembangkan bakatnya? Motivasi internal!
Seorang profesor psikologi, Dan Ariely, melalui serangkaian eksperimen menjelaskan dua poin yang menarik buat dipelajari orang tua dalam memotivasi anak mengembangkan bakatnya
1. Mengabaikan usaha seseorang sama buruknya dengan menghancurkan karya seorang dalam meruntuhkan motivasi orang tersebut.
2. Hanya dengan melihat hasil kerja seseorang dan berkata “Aha”, secara dramatis meningkatkan motivasi orang tersebut.
Ternyata, apa yang dilakukan oleh Pak Tino Sidin terbukti oleh berbagai riset, mempunyai dampak luar biasa dalam membangun motivasi anak. “Ya Bagus” ala Pak Tino Sidin setara dengan “Aha” yang digunakan oleh Dan Ariely dalam eksperimennya. Meski itu HANYA MENYIMAK GAMBAR ANAK dan mengatakan “YA BAGUS”, dampaknya dramatis dalam memotivasi anak.
Apakah susah untuk menumbuhkan motivasi internal anak dalam berusaha mengembangkan bakatnya? Tidak! Setiap orang tua dan guru bisa mengatakan “Ya Bagus” tanpa biaya, tanpa banyak usaha, hanya cukup niat baik untuk menghargai usaha anak.
Lebih kerennya, “Ya Bagus” ala Pak Tino Sidin bukan membangun motivasi eksternal, tapi motivasi internal.
Daniel Pink maupun Dan Ariely menunjukkan bahwa motivasi internal lebih kuat dalam menggerakan orang dan lebih dibutuhkan untuk menghadapi tantangan jaman sekarang. Apa yang dilakukan Pak Tino Sidin mendahului jamannya, beliau sudah melakukan apa yang dibutuhkan anak-anak dalam menghadapi tantangan jaman sekarang.
Sayangnya, orang tua, sekolah dan banyak pihak yang terlibat dalam dunia anak saat ini lebih menghargai hasil akhir daripada usaha anak. Banyak orang tua yang menghargai anaknya hanya jika anaknya menjadi juara atau dapat nilai bagus. Kebanyakan sekolah menghargai anak hanya jika anak itu mencapai standar yang ditetapkan atau mendapatkan piala yang bikin bangga sekolah. Bahkan, kebanyakan kegiatan anak-anak sifatnya lomba, mendorong anak untuk berkompetisi dan menjadi juara. Hanya anak yang menjadi juara yang mendapat apresiasi, sementara sekeras apapun usahanya, anak yang kalah pulang dengan kepala tertunduk.
Orientasi hasil membuat kita mendorong anak-anak menjadi juara, tanpa menikmati proses pengembangan bakatnya. Dampak negatif lain dari orientasi hasil adalah anak belajar bersiasat dan mencari jalan pintas. Paradigma jalan pintas tersebut yang saat ini telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa kita. Kita cenderung menghargai kekayaan dan melupakan kerja keras. Kita lebih menghargai hasil akhir dan mengabaikan ketekunan. Terabas sana, terabas sini, yang penting tujuan tercapai.
Mengapa untuk mengapresiasi anak, kita membuat prasyarat yang begitu sulit? Apakah kita tidak sadar apresiasi pada usaha anak akan melejitkan motivasinya untuk berusaha lebih keras dan lebih baik lagi? Atau persediaan apresiasi kita terbatas sehingga harus kita hemat agar cukup sampai anak dewasa?
Paparan Daniel Pink dan Dan Ariely memberi pelajaran pada kita untuk kembali lagi ke jalan “Ya Bagus” ala Pak Tino Sidin. Mari kita mengapresiasi hasil karya anak. Mari kita menghapuskan banyak syarat dalam mengapresiasi usaha anak-anak. Dengan apresiasi yang tulus “Ya Bagus” ala Pak Tino Sidin, kita sebenarnya sedang membangun motivasi internal anak, motivasi yang membuat anak mandiri, mengerjakan karena sesuatu dari dalam dirinya.
Bahkan, tantangan jaman sekarang, tantangan jaman kreatif menuntut kita melampui “Ya Bagus” ala Pak Tino Sidin. Kita harus memikirkan ulang sistem pendidikan yang lebih berpusat dan mengapresiasi anak. Kita harus merancang ulang kegiatan anak-anak yang lebih menghargai usaha anak.
Anak-anak adalah wajah masa depan Indonesia. Mari menyiapkan anak Indonesia yang percaya diri, menghargai proses, keunikan dan kreativitasnya.
sumber:
http://blog.temantakita.com/motivasi/

Pojok Parenting: Orang Tua " Pengumpul " Piala

Adalah hal yang membanggakan bila seorang anak mengikuti sebuah lomba atau kejuaraan dan membawa pulang piagam,medali atau piala sebagai tanda kemenangan atas hasil kerja kerasnya.
Piala bagi anak-anak bukanlah tujuannya, tetapi simbol penghargaan atas apa semua usaha mereka.
Tetapi, dalam kenyataanya ada orangtua yang lebih bersemangat daripada anak-anaknya untuk memperoleh piala, medali atau piagam tersebut.
Orang tua seperti ini sering kali memaksa anak-anaknya untuk mengikuti lomba atau pertandingan yang bahkan anak-anaknya tidak berminat untuk itu.
Beberapa orang tua malah melakukannya dengan cara yang lebih ekstrim, semisal memaksa anaknya mengikuti kursus piano (mungkin juga sederet kursus lainnya) sekalipun anaknya tidak berminat, dan meminta anaknya untuk mengusai bidang tersebut lalu mencari berbagai ajang kompetisi, mengikutkan anaknya disertai 'ancaman', "Mama sudah bayar les piano kamu mahal-mahal, kamu harus menang!". atau misalnya kalimat 'klise', "Kamu harus menang, ini untuk masa depan kamu!"
Mereka seringkali "mengumpulkan" tropi untuk dipamerkan. Dan apa yang dirasakan anaknya adalah hal nomer sekian.
Ada sebuah acara televisi berjudul State of Play: Trophy Kids , yang tayang di saluran HBO Sports.
Ini adalah acara dokumenter tentang bagaimana anak-anak "didorong" keras oleh orang tua masing-masing untuk menjadi pemenang dalam satu bidang olah raga. Orang tua bahkan melakukan beragam cara agar anak-anaknya menang. Mereka menjadi terobsesi.
Ini menimbulkan pertanyaan, "Seberapa banyak kita sebagai orang harus 'mendorong' anak-anak? Apa yang harunya kita harapkan? Apa batasannya?"
Adalah Ted Cunningham yang menulis buku Trophy Child: Saving Parents from Performance, Preparing Children for Something Greater Than Themselves. Ini adalah buku “anti-tiger mom” , melawan ide tentang “vanity parenting”, apa yang terjadi ketika budaya obsesi kita terhadap penampilan menyebabkan orang tua membentuk ekspektasi untuk anak-anak mereka berdasarkan standar dunia .

Berikut adalah petikan wawancara dengan Ted Cunningham:
(P: Pertanyaan , J: Jawaban)
P: Apa sebenarnya “Trophy Child”?
J: Seorang “trophy child” adalah akibat langsung dari kesombongan orangtua . Ketika ibu dan ayah menggunakan atribut dan prestasi anak untuk mengesankan orang lain , anak yang dipamerkan .

P: Mengapa Anda berpikir membesarkan “Trophy Child” lazim dalam budaya kita ?
J: Motif parenting telah berubah selama bertahun-tahun . Pergeseran ini dimulai pada tahun 80an. Orang tua mulai menggeser gaya mereka menjadi lebih menyenangkan, merawat , dan memuji , membombardir anak-anak dengan hal-hal berlebihan, " bintang emas untuk setiap tugas, kompetisi tanpa kekalahan, tidak ada kegagalan dalam tugas , medali dan pita , momen besar di panggung atau lapangan, dan banyak kesempatan dan hak istimewa .
Pergeseran ini memiliki banyak akar, perceraian bisa jadi salah satunya. Orangtua menganggap anak-anak mereka dewasa, dan mereka memerlukan anak-anak mereka untuk menanggung beban emosional . Model parenting seperti ini juga merupakan reaksi terhadap cara kita dibesarkan . Ibu dan ayah kita dahulu yang kuat dalam keinginan mereka untuk mempersiapkan kita ke dunia , dan pada waktu itu ditafsirkan sebagai sesuatu yang keras.

P: Apa tanda seseorang membesarkan anak Trophy ?
J:
1 . Anda lebih mengkondisikan dan memilih lingkungan untuk anak-anak Anda untuk berhasil , daripada mempersiapkan dan mengajar mereka untuk berhasil dalam lingkungan mereka yang anda tidak dapat kendalikan . Menciptakan lingkungan untuk anak-anak kita untuk berhasil menjadi masuk akal untuk kebanyakan orang tua. Menjadi bentuk rasa cinta. Kami memilih sekolah, kejuaraan , lingkungan , dan teman-teman keluarga yang didasarkan pada prinsip ini . Apakah ini cara yang terbaik ?
2 . Anda mempercepat masa kanak-kanak ( lahir - 10 tahun) , dan menunda saat dewasa . Selama 10 tahun pertama ,mendorong anak-anak kita dengan program seperti My Baby Can Read, potty training saat ulang tahun pertama, membaca dipercepat , program bakat , dan mendorong karir olahraga profesional mereka sejak TK .
Anak-anak kita menjadi dikondisikan untuk lari, lari dan terus lari. Kemudian pada usia 10-13 ( usia remaja ) sesuatu terjadi . Anak-anak kita mulai membedakan dan memisahkan diri dari ibu dan ayah. Mereka memilih pakaian mereka sendiri , teman-teman dan kegiatan, dan ibu dan ayah panik dan mulai menerapkan rem .
Ini adalah ketika kita mulai menunda tonggak kedewasaan. Kita mendorong anak-anak kita selama 10 tahun , sekarang kita ingin mereka untuk memperlambat dan tidak " tumbuh dewasa terlalu cepat ."
Saya pikir masa remaja lebih tentang krisis parenting ketimbang krisis masalah remaja .

P: Apa tips yang akan diberikan kepada orang tua yang ingin mematahkan siklus pola asuh anak semacam ini?
J:
Lihat motif Anda sehari-hari . Mengapa Anda ingin anak-anak Anda menjadi begitu sukses ? Apa definisi Anda tentang kesuksesan? Apakah anda melihat anak anda sebagai "copy" dari Anda , atau apakah Anda Anda melihat mereka sebagai ciptaan Tuhan yang ada untuk melakukan pekerjaan baik ?
Cara pandang saya tentang hubungan anak saya dengan Tuhan , itu mengubah segalanya .
Anak saya tidak lagi tentang saya atau apa yang saya inginkan untuk mereka .
Saya bisa menghabiskan hari-hari saya bersama mereka melihat mereka melakukan perbuatan-perbuatan baik.

Berikan ruang untuk rasa kalah,sakit hati , rasa sakit dan konflik.
Jangan bungkus anak-anak dalam gelembung dan memberi mereka “helm” untuk segala hal...
Jadilah yang paling khawatir tentang karakter pribadi mereka , bukan kenyamanan mereka. Karakter dikembangkan melalui kesulitan . Menjauhlah dari tempat bermain dan biarkan anak mengembangkan keterampilan-keterampilan penting seperti negosiasi tanpa gangguan dari orang tua.

Sumber wawancara Ted Cunningham:
http://margaretfeinberg.com/giveaway-win-a-copy-of-trophy-…/
Referensi : http://grantland.com/…/peter-bergs-state-of-play-trophy-ki…/

Hirup dan rasakan baunya dan sentuhlah mereka...



"Kau tidak akan pernah memiliki hari ini lagi bersama anakmu.
Esok mereka akan menjadi sedikit lebih besar daripada mereka di hari ini.

Hari ini adalah sebuah hadiah. 
Hirup dan rasakan baunya dan sentuhlah mereka.
Amati wajah dan kaki kecil mereka.
Beri perhatian.

Nikmati pesonanya kehadirannya.
Nikmati hari ini.

Hari ini akan berakhir sebelum kau menyadarinya. "


Visi dan Misi KB TK Marsudirini Sang Timur Salatiga



Visi
Membantu peserta didik menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang dianugerahkan Allah dalam diri mereka.

Misi
Mempersiapkan peserta didik menjadi pribadi yang seimbang dengan :
1. Menanamkan nilai-nilai luhur manusia sebagai citra Allah
2. Meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual
3. Memupuk semangat persaudaraan dengan jiwa sosial dan tanggung jawab
Tag : ,

Sejarah Yayasan Marsudirini



Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Marsudirini Sang Timur Salatiga berdiri dibawah koordinasi Yayasan Marsudirini.

Yayasan Marsudirini berawal dari karya suster-suster OSF sejak tahun 1870 yang mengadakan karya pendidikan di Gedangan, yang akhirnya menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.


Tidak ingin merepotkan Yayasan Kanisius, maka pada tanggal 5 Juli 1954, suster-suster OSF mendirikan yayasan sendiri yang kemudian di beri nama Marsudirini. Pendidirian ini disahkan dengan akte no 9 yang dikeluarkan kantor notaris R.M. Soeprapto.
Pada tanggal 26 November 2001, sesuai dengan kebutuhan,rapat pengurus Yayasan Marsudirini memutuskan perubahan bentuk badan hukum. Bentuk hukum yayasan diubah menjadi bentuk Perhimpunan. Dengan demikian Yayasan Marsudirini berubah nama menjadi Perhimpunan Pelayanan Pendidikan Marsudirini. Keputusan rapat ini disahkan dalam akta notaris no 64 tertanggal 22 April 2002. Namun dalam perjalanan waktu, dengan ketentuan undang-undang no 16 tahun 2001 tentang yayasan juncto undang-undang nomor 28 tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang nomor 16 tahun 2001, maka bentuk hukum kembali ke Yayasan, dengan demikian kemudian di sebut Yayasan Marsudirini.

Pada tahun 1952, pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan mengenai penyelenggaraan pendidikan. Isi dari peraturan itu antara lain mengatur bahwa sekolah-sekolah swasta harus dikelola oleh sutatu Yayasan yang berbadan hukum. Berdasarkan peraturan pemerintah itu maka Keuskupan Agung semarang mendirikan Yayasan Kanisius untuk mengelola sekolah-sekolah Katolik, termasuk sekolah-sekolah milik suster-suster OSF.

Sebagaimana tertulis dalam akte, yayasan ini bertujuan mengoper dan mengurus lembaga-lembaga pengajaran, pendidikan, amal dan, lembaga-lembaga lain yang pada pokoknya bertalian erat dengan tujuan yayasan. Sebagai ketua yayasan tercatat Sr. Maria Godeliva Sutarmi, OSF. Masa kepengurusan berkisar antara 2-5 tahun. Mulai tahun 1980 sampai sekarang ini masa kepengurusan berlaku 4 tahun. Setiap pergantian pengurus selalu diresmikan dengan akte notaris.

Tag : ,

- Copyright © KB/TK M. Sang Timur Salatiga - - Powered by Blogger - Designed by Johanes -